Nama
: Elwas Prasetyo
NPM
: 13514540
Kelas
: 3PA19
Tanggal
: 6 November 2016
TEORI REINFORCEMENT, HARAPAN,
PENETAPAN TUJUAN, DAN HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW
Nama : Elwas Prasetyo
NPM :13514540
Kelas : 3PA19
FAKUTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
A. Pendahuluan
Pada dasarnya manusia mempunyai pola perilaku yang
berbeda-beda. Meskipun seperti itu manusia pasti memiliki harapan, penetapan
tujuan dalam hidupnya. Setiap manusia juga pasti menginginkan adanya penguatan
untuk dirinya, terlebih lagi jika penguatan itu berbentuk negatife. Karena
nantinya itu akan menjadi motivasi hidup untuk memiliki kualitas hidup lebih
baik lagi.
B.
Teori
1.
Teori
Reinforrcement (penguatan)
Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang
lebih berarti “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, reinforcemen mempunyai
arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat
tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu peristiwa
yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement
itu ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain untuk
menentukan reinforce ialah bahwa reinforcer itu dapat berupa peristiwa atau
sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement ini diklasifikasikan
ke dalam dua macam, yaitu:
a. Reinforcement
positif
Reinforcement positif
adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon
(tingkah laku tertentu). Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran,
hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun
secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa bendabenda, dan makanan).
Contohnya: pujian atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak
yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat,
memperteguh, atau mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.
b. Reinforcement
negative
Reinforcement negative
adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari
respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan
atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif
ini memnperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak
menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari
sesuatu yang tidak menyenangkan yang bersangkutan cenderung mengulangi
perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.
2.
Teori Harapan
Dalam
istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik Victor Vroom
(dalam Robbin 2003).
Karena
ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan
diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001). Apabila harapan dapat menjadi
kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya
jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas. Teori ini dikemukakan
oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting:
a. Harapan
(expentancy)
Suatu kesempatan yang
diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki
nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti
kepastian.
b. Nilai (Valence)
Akibat dari prilaku
tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi
setiap individu tertentu.
c. Pertautan
(Inatrumentality)
Persepsi dari individu
bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom
mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang
menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis
tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat
pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu
dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
3.
Teori
Penetapan Tujuan
Teori
penetapan tujuan menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan
prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami
tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan berpengaruh pada
perilaku kerja Locke (dalam Arfan 2010). Tujuan yang sulit
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah,
tujuan yang jelas dan menantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan tujuan yang bersifat abstrak Arfan (2010). Adapun lima prinsip menetapkan tujuan menurut Locke:
a. Kejelasan.
b. Challenge.
c. Komitmen.
d. Umpan balik.
e.
Kompleksitas
tugas.
4. Teori
Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow
telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar
itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan
disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh.
Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi
potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan
kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di
luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk
kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni.
Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga
tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan
sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:
a.
Kebutuhan fisiologis
Umumnya kebutuhan
fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik)
seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks.
Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan
kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan ini.
b.
Kebutuhan Keamanan (Safety)
Sesudah kebutuhan
keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas,
proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan
cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan
mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka
pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.
c.
Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging
dan Love)
Sesudah kebutuhan
fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi
bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat
peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat
atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang
hidup. Ada dua jenis cinta (dewasa)
yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena
kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya,
seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak
sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang
membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang
mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan
pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau
memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi,
dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan
perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
d.
Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)
a) Ketika
kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya
melemah, diganti motivasi harga diri.
Ada dua jenis harga diri : Menghargai
diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
b) Mendapat
penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise,
penghargaan dari orang lain, status, kebutuhan harga diri, kebutuhan dimiliki
dan cinta, kebutuhan keamanan , ketenaran, dominasi, menjadi orang
penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan
bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
e. Kebutuhan
Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua
kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi
diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara
maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah
keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),
untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya,
dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya.
Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang
utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain bahkan tidak
menyadari ada kebutuhan semacam itu.
C.
Kasus
1. Seorang
karyawan melakukan kesalahan pada pekerjaannya, sehingga berdampak padakerugian
perusahaan, maka pihak perusahaan memberikan teguran dan gaji karyawan tersebut
dipotong selama sebulan.
2. Salah
satu mall terbilang sepi pengunjung maupun pada saat hari libur, maka dari
pihak marketing mall membuat stan brand tambahan di mall tersebut, stan
tersebut adalah salah satu brand alat make
up yang cukup ternama, untuk menarik konsumen datang ke mall tersebut.
3. Salah
satu mahasiswa di Universitas ternama sempat mendapatkan nilai yang anjlok, dan
itu menjadikan dirinya stress, tetapi siswa tersebut menjadi termotivasi untuk
belajarlebih giat, agar nilainya membaik lagi.
4. Ada
seorang remaja ingin sekali memenangkan kontes Band, remaja tersebut berlatih
dengan teman-temannya dengan rutin untuk bisa memenangkan kontes band tersebut
dan untuk membuktikan prestasi mereka.
D.
Analisis
1. Terkadang
memang seseorang harus mendapat ganjaran atau teguran agar mereka bisa belajar
dari setiap kesalahan yang mereka perbuat dan tidak melakukan kesalahan yang
sama untuk kedua kalinya.
2. Apa
yang dilakukan pihak marketing itu memang bagus dengan harapan ada kemajuan
untuk mall tersebut sehingga tidak sepi pengunjung lagi dan pemasukan pun
meningkat.
3. Stress
berdampak positif itu memang baik, mahasiswa tersebut mengalami stress karena
nilainya yang jelek lalu mahasiswa tersebut termotivasi untuk belajar lebih
giat agar tujuannya tercapai dengan maksimal.
4. Sesuai
dengan teori hirarki Maslow, kebutuhan aktualisasi diri. Remaja tersebut
berlatih dengan giat untuk dapat memenangkan kontes Band dan menunjukan bahwa
di dalam diri mereka ada potensi yang besar yang akan menuai prestasi yang
bagus pula.
Referensi
Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rhineka Cipta
Munandar,S.2001.Psikologi
Industri dan Organisasi.Depok:UI Press.

0 komentar:
Posting Komentar