A.
KONSEP SEHAT
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan
seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang
berusaha mempengaruhinya. Secara keseluruhan konsep sehat terdiri dari beberapa
dimensi, yaitu dimensi sehat secara Fisik, Emosi, Sosial, Spiritual,
intelektual.
1.
Dimensi Emosi
Apalah guna jika kita sehat secara
fisik, tetapi secara emosi kita tidak bisa mengontrolnya, ibarat kata seperti
badan tanpa jiwa, ya memang terlihat kejam tapi seperti itulah gambarannya.
Emosi itu sendiri mudah sekali di pengaruhi oleh kondisi lingkungan, salah satu
ciri seseorang memiliki kematangan emosional adalah ketika dia sudah mengenali
seperti apa emosi dia, kemampuan dia untuk mengontrol emosinya, dan bagaimana dia
mengatasi permasalahan yang muncul ke diri dia.
2.
Dimensi Intelektual
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa
kecerdasan seseorang dapat mempengaruhi tingkat emosi seseorang, ungkapan
seperti itu sepertinya memang benar adanya, karena kecerdasan seseorang bisa
terlihat dari bagaimana cara dia mengontrol emosi, melihat realitas dari
berbagai sudut pandang, dan kemampuan di dalam memecahkan suatu permasalahan
yang melibatkan emosi.
3.
Dimensi Sosial
Masih terkait dengan emosi dan
intelektual yang tak kalah penting adalah dimensi sosial kita, seseorang
dikatakan sehat secara mental apabila dia mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, mempunyai hubungan baik dengannya, dan juga mampu bekerja sama dengan
lingkungannya.
4.
Dimensi Fisik
Kita
tidak bisa memungkiri bahwa jika kondisi kesehatan fisik kita sedang prima maka
diharapkan kita bisa mengontrol emosi kita, fisik itu sendiri dikatakan sehat
apabila dia secara fisiologis normal, tidak cacat, tidak mengalami suatu
penyakit, dan tidak memiliki kekurangan suatu apapun.
5.
Dimensi Spiritual
Dimensi spritual adalah kemampuan
seseorang untuk segala hal yang berkaitan dengan Agama / kepercayaan, bagaimana
dia menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan Yang Maha Esa.
Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila dia secara spiritual
baik, taat menjalankan perintah Tuhan dan mampu mengekspresikan rasa
syukur terhadap suatu nikmat pemberian Tuhan YME, maupun kemauan berserah diri
kepada Tuhan jika sedang mengalami suatu permasalahan yang sekiranya dia sudah
tidak sanggup lagi.
B.
SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Kesehatan menurut Freund (1991) “suatu kondisi yang dalam keadaan
baik dari suatu organisme atau bagian yang dicirikan oleh fungsi yang normal
dan tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan
sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau
organisme disebut sehat. Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan
mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat
gangguan keseimbangan mental itu disebabkan oleh gangguan roh jahat.
Zaman dahulu orang
juga menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat dan
dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam
penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai
besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan
perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Kesehatan mental di cetuskan oleh Adolf Meyer (psychiater) berdasarkan
saran Beers (mantan penderita sakit mental), membantu perkembangan gerakan
usaha kesehatan mental. Dialah yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”.
Di amerika pada tahun 1908 terbentuk suatu organisasi “Connectitude Society
for Mental Hygiene”. Pada tahun 1909 berdirilah “The National Committee
for Mental Hygiene”. Di inggris pada tahun 1842 berdirilah organisasi “The
Society for Improving the Condition Association for the Protection of the
Insane and the Prevention of Insanity”.
Akibat perang dunia I dan II banyak terdapat
penderita “war neurosis” di kalangan anggota militer, sehingga
gerakan Mental Hygiene makin besar usahanya mencari metode yang
efisien untuk mencegah gangguan mental serta mengadakan pembaharuan dalam
metode penyembuhan. Pada tahun 1930 Mental Hygienemengadakan
kongres pertama di Washington D.C. tahun 1946 Presiden Amerika Serikat
menandatangani undang-undang “The National Mental Health Act” untuk
memajukan kesehatan mental rakyat Amerika, yang menyelenggarakan programmental
hygiene antara lain:
WHO
: Organisasi ini
memberi informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada
anggota UNO. Mengadakan pengawasan terhadap alkoholisme, pencegahan kriminal.
UNESCO
: Untuk menstimulir penukaran masalah informasi
kebudayaan antar bangsa. Didalamnya terdapat suatu departemen yang mengurusi
masalah sosial
WFMH
: Di
dirikan pada tahun 1948. Antara the internasional committee for mental
hygiene dengan the british association for mental health, merupakan
kelompok non govermental health agencies membantu kesehatan di
dunia.
C. PENDEKATAN
KESEHATAN MENTAL
Orientasi Klasik
Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan
tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan
fisik. Sedangkan sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah
psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita
berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya aalah
kehilangan kontak dengan realitas.
Orang-orang seperti itu tidak ada
keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu emngurus dirinya
sendiri secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang
memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu
dikembangkan pengertian baru dari kata "sehat". Sehat atau tidak
adanya seseorang secara mental, belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat
mental.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi
penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks
lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena itu kaitannya dengan standar
norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukkan
sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata.
Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat
atau sakit mental bisa jadi dianggap senagat sehat mental dalam masyarakat
lain. Artinya batasan sehat atau sehat mental bukan sesuatu yang absolut.
Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga
perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku
diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain.
Contohnya
saat melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat
suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya
sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu
dan tidak sehat mental pada waktu lain.
Orientasi Perkembangan Potensi
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan sirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang
menjadi pengendalian utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukkan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak
selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya,
pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara
pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan
wajar.
SUMBER : Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan Mental.
Yogyakarta :
Fajar Media Press
Emiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1.
Yogyakarta:
Kanisius.
Siswanto.(2007).Kesehatan Mental :
Kesehatan Mental –Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta: ANDI
B.
TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT
I . ALIRAN
PSIKOANALISIS
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada
awalnya memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan
sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran
dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil
dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan
pikiran.
Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini
adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual. Dan apabila dorongan
– dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian
dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.Psikoanalisis
mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan yang terdapat dalam
ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi
bebas.
Teori
psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu
energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu
untuk bertingkah laku.
Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi
psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
-
Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti
ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan
dan menghindari yang tidak menyenangkan.
-
Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional
berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara
realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
-
Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang
diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan
hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar
atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung
es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman
sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan
ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi
pikiran dan perilaku. Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini
mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya
sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga
sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan
relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan
produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem
berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian
yang sehat menurut psikoanalisis:
1.Menurut
freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah.
2.
Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3.
Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4.
Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5.
Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
II. ALIRAN
BEHAVIORISTIK
Teori kepribadian behaviristik bertolak dari dan menekankan
pengaruh lingkungan atau keadaan situasional terhadap perilaku. Tokoh-tokohnya
adalah Rotter, Dollard, Miller, dan Bandura. Para ahli tarsebut berpendapat
bahwa perilaku merupakan hasil interaksi yang terus menerus antara
variable-variabel pribadi dengan lingkungan. Dengan demikian individu dan
situasi saling mempengaruhi.
Teori belajar yang dianut oleh Dollard dan Miller menekankan
pada konsep kebiasaan. Kebiasaan adalah pertautan atau asosiasi antara suatu
stimulus (isyarat) dan suatu respons. Asosiasi-asosiasi atau
kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari tidah hanya terbentik dari
stimulus-stimulus eksternal dan respon-respon terbuka, tetapi juga antara stimulus-stimulus
dan respon-respon internal.
Jadi
pola perilaku dibentuk berdasarkan suatu proses kondisioning. Orang-orang
disekitar individu membentuk perilakunya dengan ganjaran dan hukuman. Disini
terjadi pembentukan pola perilaku dan penguatan melalui pengalaman langsung,
tetapi perilaku juga dapat terbentuk melalui pengalaman tidak langsung yaitu
melalui pengalamn terhadap perilaku orang lain disekitarnya (modeling).
Teoritisi behavioristik beranggapan bahwa perilaku seseorang
itu ditentukan oleh cirri khusus dari situasi yang dihadapi, misalnya
situasinya di kelas atau di lapangan bola, penafsiran individu terhadap situasi
tersebut (pantas atau tidak melakukan agresi), penguatan yang dialami pada
tingkah lakunya dalam situasi serupa (dihukum atau dipuji).
Dapat disimpulkan bahwa menurut aliran behavioristik manusia
adalah suatu sistem kompleks yang bertingkah laku dengan cara yang sesuai
dengan hukum. Ciri-cirinya tersusun dengan baik, teratur, banyak spontanitas,
kegembiraan hidup dan juga kreativitas. Manusia dianggap terbiasa dalam
memberikan respons positif terhadap stimulus dari luar sehingga manusia
diangggap tidak memiliki sikap diri sendiri karena potensi yang dimiliki
manusia diabaikan.
Kepribadian
Sehat Behavioristik
1. Manusia
adalah makhluk perespon, lingkungan mengontrol perilaku.
2. Manusia
tidak memiliki sikap diri sendiri.
3. Mementingkan
faktor lingkungan.
4. Menekankan
pada faktor bagian.
5. Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
6. Sifatnya
mekanis mementingkan masa lalu
III. Aliran
Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah
gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran humanistik merupakan
konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham
Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik
kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang
terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah
mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang
terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah
mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap
individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan
kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli
psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus
dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia
juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang
secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik
tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya
terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan
memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran
Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi
maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
IV. Menurut Allport
Secara umum teori Allport memberi
definisi yang positif terhadap manusia.
“Kepribadian manusia menurut Allport
adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut
menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya”
Dalam teori Allport juga memandang
bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang,
dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat
bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang
Menurut Allport :
Menurut Allport, faktor utama
tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan
selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi
fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang
menurut allport sebagai berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan
menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya
dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan
(harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan
orang lain, Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan
compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan
setiap orang)
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi
berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan
seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis,
keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain,
objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki
keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan
tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan
humor
Kemampuan diri untuk objektif dan
memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa
tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada
keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari
semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat
agama.
Untuk memahami orang dewasa kita
membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki
kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu
apa yang ia lakukan.
Sumber
- Goble,
Frank, G. 1987. Psikologi humanistik abraham maslow.Kanisius:Yogyakarta.
- Schultz, Duane. 1991. Psikologi pertumbuhan. Kanisius:Yogyakarta.
